Jakarta (22/02)--- Industri terkait Science, Technology, Engineering, and Mathematics (STEM) dipercaya akanmemegang peran yang sangat penting dalam mendorong kemajuan ekonomi suatu negara. Meskipun demikian, salahsatu tantangan menariknya adalah masih kurangnya keterlibatanperempuan terutama mereka yang mau dan terampil dalamindustri yang semakin berkembang pesat ini. STEM sebagaiindustri khususnya yang mengandalkan keahlian bidang teknikdiketahui masih rendah menyerap tenaga kerja perempuankarena pandangan bahwa dunia teknik adalah milik laki-lakikarena banyak mengandalkan kemampuan fisik dan cenderung“tidak ramah” perempuan. “Perubahan jaman danperkembangan teknologi digital memang sudah tidak dipungkirilagi, demikian juga dengan STEM Industry ini. Memang perlubanyak keterlibatan perempuan dan Perempuan Indonesia harussiap,” kata Ketua Indonesia Business Coalition for Women Empowerment (IBCWE), Shinta Widjaja Kamdani saatmembuka CEO Talks; “Promoting Women Leadership in STEM Industries di Jakarta, Kamis siang.
Acara yang menghadirkan banyak Pelaku Industri STEM ditanah air ini juga diberikan arahan oleh Deputi bidangKoordinasi Perlindungan Perempuan dan Anak, Kemenko PMK, Sujatmiko, mewakili Menko PMK yang tengah Kunker keAsmat, Papua. “Saya di Kemenko PMK terus berkoordinasidengan K/L terkait untuk mendata mana saja yang punyaprogram pemberdayaan perempuan. Kalau sudah lengkap, akankami duplikasi di samping mengusahakan pula keterlibatandunia usaha dan BUMN,” kata Sujatmiko dalam sambutannya.“Kalau semua pihak mau concern dengan pemberdayaanperempuan, perempuan Indonesia akan banyak yang jadi tenagaterampil di pasar kerja dan tidak selalu jadi TKI di luar negeriyang rentan dengan kekerasan, pelecehan, upah tidak dibayardan sebagainya.”
Pada kesempatan yang sama, Ketua IWAPI yang juga PengurusKadin Indonesia bidang Pemberdayaan Perempuan, Nita Yudi, mengakui bahwa partisipasi perempuan di dunia dalam industriSTEM hanya 20 persen saja padahal industri ini sangat potensialbaik hasil maupun sebagai ajang pembuktian diri bagi kiprahperempuan di dunia kerja. Menurut hitungan angka,UNESCOdalam studinya di tahun 2015 lalu mencatat, keterlibatanperempuan memang masih rendah di indutri STEM ini tetapipartisipasi perempuan Indonesia diketahui yang tertinggi atausekitar 23 persen di kawasan Asia Tenggara melebihi Singapura, Laos, dan Kamboja. Nita mengimbau agar perempuan Indonesia mau mengubah dulu pola pikirnya dan menjadikan industriSTEM ini sebagai wadah baru kiprah perempuan
Lantas apa saja yang diperlukan agar para perempuan siapmasuk ke industri STEM? Menurut Managing Director for Resources Industry, Accenture Indonesia, Fuad Sahid Lalean, adalah dengan memulainya sejak anak berusia sedini mungkinyaitu dengan membiasakan mereka mendalami pembelajaranilmu komputer terutama coding. Langkah selanjutnya adalahpara perempuan yang ingin terjun di industri STEM harus punyasosok teladan dari seorang perempuan yang telah berhasilmeraih sukses dalam industri STEM. “Yang paling pentingadalah perempuan-perempuan itu harus melek teknologitentunya. Tidak hanya melek tetapi cerdas teknologi juga,” papar Fuad. (IN)
Categories: