Palu (20/10)--- Mewakili Menko PMK, Puan Maharani, Deputi bidang Koordinasi Pendidikan dan Agama Kemenko PMK, Agus Sartono, hari ini menghadiri peringatan Hari Aksara Internasional (HAI) 2016 di Halaman Kantor Gubernur Sulawesi Tengah, Kota Palu. Thema Hari Aksara Internasional kali ini adalah“Literasi dan Vokasi untuk PembangunanBerkelanjutan.” Pada peringatan kali ini, Kemenko PMK memberikan sejumlah bantuan antara lain, bantuan pendidikan untuk Provinsi Sulteng sebesar Rp480,1 M; Pemberian KIP untuk peserta didik Paket A,B, dan C; Bantuan Al-Qur’an, makanan tambahan, MP-ASI; bantuan Program Indonesia Pintar untuk satu SMA; bantuan santunan pendidikan; dan bantuan paket pendidikan.
Mengawali sambutannya, Menko PMK menyampaikan ucapan bela sungkawa atas wafatnya Wagub Sulteng, Alm. H Sudarto, awal Oktober lalu. Sambil berkilas balik, Menko PMK, mengajak hadirin untuk merunut sejarah upaya memberantas buta aksara di tanah air yang nyatanya sudah dimulai sejak republik ini mencapai kemerdekaanya.
Adalah Gerakan Pemberantasan Buta Huruf (PBH) yang dicanangkan oleh Bung Karno menjadi gerakan semesta di lebih dari 18 ribu tempat dan ketika itumelibatkan lebih dari 17 ribu guru serta menyasarsekitar 700 ribu murid. Sampai tahun 1960, BungKarno menegaskan bahwa Indonesia harus terbebas dari buta huruf. Republik ini kemudian menjelma dari tidak terdidik menjadi terdidik.
“Saya ingat sebuah foto Bung Karno di depan spanduk saat Dia bicara di Yogyakarta. Tulisan di spanduk itu tak seperti biasa. Spanduk itu dimulai dengan sebuah kata, “Bantulah usaha pemberantasan buta-huruf!”Sebuah tulisan ajakan untuk kita semua, secara bersama-sama menuntaskan buta aksara,” ungkap Menko PMK.
Setelah diperingati 50 tahun lamanya di seluruh dunia, data statistik pendidikan Indonesia menunjukkan,pada tahun 2005 presentase penduduk Indonesia usia 15-59 tahun yang tuna aksara sekitar 9,55 persen. Angka ini kemudian turun pada tahun 2015 menjadi sebesar 3,43 persen dan Indonesia dinilai mampu melampaui target ‘Deklarasi Dakar’ tentang Pendidikan Untuk Semua (PUS) atau Education for All (EFA) karena dapat menurunkan separuh penduduk tuna aksara menjadi kurang dari 5 persen pada 2015.Namun di sisi lain, keberhasilan itu menyisakan angkasekitar 5,6 juta orang yang belum mampu mengeja dan menulis namanya sendiri. Saat ini tercatat sebanyak 11 provinsi yang persentase tuna aksaranya masih di atas rata-rata nasional atau sekitar 3,43 persen.
Percepatan program keberaksaraan pada daerah-daerah yang memiliki angka tuna aksara tinggi melalui “Afirmasi Pendidikan Keaksaraan Untuk Papua” (APIK PAPUA) dan upaya eningkatkan keberaksaraan juga kita lakukan melalui Permendikbud No. 23 tahun 2015 mengenai Penumbuhan Budi Pekerti (PBP
“Angka-angka itu bukan sekadar deretan statistik buta huruf. Angka itu memberi pesan nyaring bahwa belum semua warga negeri ini bisa menuliskan “Indonesia” dalam secarik kertas. Artinya, apa yang diperjuangkan dan dicanangkan oleh Bung Karno agar bebas Buta Aksara belum terwujud hingga saat ini,” papar Menko PMK lagi.
Sejalan dengan tema peringatan HAI 2016, Menko PMK menjelaskan bahwa thema ini merupakan upaya inspiratif kepada kita semua untuk meningkatkan kualitas penyelenggaraan pendidikan keaksaraan sebagai fondasi gerakan pemberdayaan masyarakat, bukan sekedar gerakan pemberantasan buta aksara semata. Program “Kampung Literasi” dan “Desa Vokasi” yang sedang dijalankan saat ini, dimaksudkan untuk mengembangkan sumber daya manusia dan lingkungan yang dilandasi oleh nilai-nilai budaya dengan memanfaatkan potensi lokal.
“Melalui program ini diharapkan dapat membentuk kawasan desa yang merupakan sentra vokasi, dan terbentuknya kelompok-kelompok usaha yang memanfaatkan potensi sumberdaya dan kearifan lokal, lebih khusus ke daerah-daerah 3T (Tertinggal,Terdepan, Terluar), karena data statistik kitamenunjukan bahwa masyarakat di kawasan tersebut masih banyak yang tuna aksara. Dengan demikian, warga masyarakat dapat belajar dan berlatih menguasai keterampilan yang dapat dimanfaatkan untuk bekerja dan menciptakan lapangan kerja sesuai dengan sumber daya yang ada di wilayahnya, sehingga taraf hidup masyarakat semakin meningkat.”
Mengakhiri sambutannya, Menko PMK mengajak para hadirin untuk berkontribusi dalam upaya meningkatkan keberkaksaraan, antara lain denganPertama, setiap orangtua perlu mengenalkan aksara sejak dini. Perkenalan pertama anak-anak kita pada aksara adalah dengan merangsang ketertarikannya pada bacaan. Orangtua dapat membacakan cerita untuk anak-anaknya dengan memberikan alokasi waktu khusus membacakan cerita untuk anak. Kedua,sekolah perlu membuka diri menjadi agen perubahan (agent of change) keberaksaraan. Caranya adalah dengan berkolaborasi bersama warga sekitar untuk mengelola kegiatan membaca baik di perpustakaan atau fasilitas membaca yang sudah ada. Perpustakaan dan sekolah yang lebih terbuka dan bersahabat adalah langkah penting menumbuhkan kecintaan aksara di lingkungan kita. Perpustakaan boleh sederhana tetapi kegiatan di dalamnya menghasilkan manfaat bagi banyak warga. (sumber: Kedep IV Kemenko PMK)
Categories: