Quantcast
Channel: Situs Resmi Kementerian Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan - PMK Lainnya
Viewing all articles
Browse latest Browse all 2110

Sujatmiko: “Revolusi Mental Harus Dimulai dari Keluarga”

$
0
0

Bogor (29/04) - Revolusi mental harus dimulai dari pembangunan keluarga. Demikian disampaikan Deputi Bidang Koordinasi Perlindungan Perempuan dan Anak Kementerian Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Kemenko PMK), Sujatmiko dalam Dialog Nasional Penggiat Keluarga Indonesia (GIGA) di Institut Pertanian Bogor (IPB) International Convention Center. Dalam paparannya yang berjudul Revolusi Mental Berbasis Keluarga, Sujatmiko menjelaskan, Indonesia akan mendapatkan bonus demografi yakni dengan jumlah usia produktif 70 persen, sedangkan usia yang tidak produktif sebanyak 30 persen yang akan terjadi pada tahun 2020-2030.

Sayangnya, Indonesia belum mampu menyiapkan terjadinya bonus demografi itu.Hingga kini, kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) Indonesia masih rendah. Menurut indeks daya saing yang dirilis oleh World Economic Forum (WEF) pada tahun ini, posisi Indonesia berada pada peringkat 41, turun dari posisi terakhir di peringkat 37. Sementara tantangan Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) pun ada di depan mata. Indonesia, tentu akan dihadapkan pada masuk dan keluarnya​ barang, jasa, modal bahkan tenaga kerja. Kalau tidak mampu, Indonesia hanya jadi pasar potensial bagi produk negara lain.

Atas dasar itu, jelas Sujatmiko, pemerintah harus menyiapkan generasi muda yang berkualitas tinggi SDMnya melalui pendidikan, kesehatan dan penyediaan lapangan pekerjaan. Pemerintah, lanjutnya, dalam Nawacita butir ketiga telah menyebutkan akan membangun Indonesia dari pinggiran dengan memperkuat daerah-daerah dalam rangka negara kesatuan. Pada butir ke-5 disebutkan, meningkatkan kualitas hidup manusia Indonesia. Sedangkan di butir 8, melakukan revolusi karakter bangsa. Hal itu lah yang menjadi pedoman pemerintah untuk melakukan Revolusi Mental berbasis Keluarga.

Selain itu, instruksi Presiden dalam Harganas tahun lalu juga cukup jelas yaitu, bangun karakter bangsa dari keluarga. Presiden menegaskan, penanaman nilai-nilai budi pekerti dalam sistem pendidikan tetapi tetap melibatkan keluarga. Keluarga, menurut Sujatmiko, merupakan unit terkecil dalam masyarakat sekaligus wahana pertama dan utama bagi penyemaian karakter bangsa. Keluarga juga merupakan tumpuan untuk menumbuhkembangkan dan menyalurkan potensi setiap anggota keluarga. Keluarga juga lingkungan pertama dan utama yang mempunyai peranan penting dalam memenuhi kebutuhan asah, asih, asuh.

Melalui Revolusi Mental berbasis keluarga diharapkan hasilnya, Pendidikan akan semakin tinggi, pekerjaan kompetitif, menikah terencana, aktif dalam masyarakat, menerapkan pola hidup sehat sehari-hari. Muaranya tentu generasi emas Indonesia. Sujatmiko mengapresiasi Dialog Nasional GIGA yang bertemakan 'Keluarga Sebagai Basis Kebijakan Publik'. Kemenko PMK, sebutnya, akan terus mendukung GIGA. 'Saya harap, dialog Nasional ini mampu menghasilkan rekomendasi yang menyentuh hingga level bawah. Seperti bagaimana menerapkan revolusi mental hingga membangun budaya antri," tutupnya.

Senada dengan Sujatmiko, Kepala BKKBN, Surya Chandra Surapaty, juga mengungkapkan hal yang sama. Bonus demografi menurutnya bisa menjadi musibah atau anugerah. Karenanya pembangunan revolusi mental harus dilakukan dari keluarga. "Itu yang konkrit," tegasnya. Adapun ketua GiGA, Euis Sunarti, memaparkan bahwa kegiatan ini (Dialog Nasional) merupakan langkah kecil dan sederhana namun sekaligus hal yang penting bagi pembangunan, ketahanan dan kesejahteraan keluarga Indonesia. Dialog Nasional GIGA juga dihadiri  Tim Sekretariat GNRM Kemenko PMK, Kementerian/Lembaga /yg mewakili, Rektor UNISMA Bekasi Dr. Nandang, Para Dosen dan Peneliti, Para motivator Ketahanan Keluarga. (PS)


Viewing all articles
Browse latest Browse all 2110

Trending Articles