Jakarta (19/07) – Deputi Bidang Koordinasi Peningkatan Kesehatan Kemenko PMK Sigit Priohutomo hari ini membuka Pertemuan Tahunan ke-3 Perencanaan Strategis Ancaman Pandemi yang Muncul yang diselenggarakan oleh USAID dan Kemenko PMK. . Pertemuan yang berlangsung di Aula Heritage gedung Kemenko PMK, Jakarta ini telah berlangsung sejak kemarin dan hari ini . Pada pertemuan ini, hadir Wakil Duta Besar Amerika Serikat di Jakarta, Brian Mcfeeters, Para Petinggi USAID, Deputi bidang Koordinasi Peningkatan Kesehatan Kemenko PMK, Sigit Priohutomo dan jajarannya di Kedeputian III Kemenko PMK, para rekan kerja USAID, dan para perwakilan K/L terkait
Menurut Sigit, Kecepatan penularan penyakit seperti HIV/AIDS, Sindrom Pernapasan Akut Parah (SARS), Sindrom Pernapasan di Timur Tengah (MERS-Cov), virus flu burung (H5N1), dan influenza H1N1 2009 maupun wabah Ebola di Afrika Barat menyadarkan kita akan pentingnya kemampuan semua negara untuk secara cepat mendeteksi dan merespon ancaman kesehatan masyarakat yang baru muncul (emerging threats) atau muncul kembali (re-emerging diseases). Jika disadari, ancaman penyebaran penyakit semacam itu dapat menjadi ancaman besar bagi kesehatan masyarakat, ekonomi, stabilitas politik, dan pembangunan. Maka, untuk mencegah atau membatasi penularan serta penyebaran ancaman penyakit itu, diperlukan pendekatan komprehensif dan proaktif serta komitmen yang tinggi dengan melibatkan kerjasama dan koordinasi multisektor dari beragam disiplin teknis dan sumberdaya.
Tambahnya lagi, Indonesia sendiri punya peran penting baik di tingkat regional maupun global untuk mencegah dan mengendalikan ancaman infeksi dan wabah dari penyakit zoonosis. Letak geografis Indonesia yang unik di jalur khatulistiwa menjadikannya kantung penyakit menular yang baru muncul karena iklim, keanekaragaman hayati, dan dekatnya interaksi antara manusia dan satwa liar. Untuk mengurangi dampak ancaman kesehatan masyarakat, ekonomi, bahkan stabilitas sosial dari wabah penyakit bersumber dari hewan ini, Pemerintah Indonesia bekerja sama dengan Lembaga Pembangunan Internasional Amerika Serikat (USAID) meluncurkan Program bernama Emerging Pandemic Threats 2 (EPT-2) di tahun 2015. EPT-2 merupakan kerjasama antara Pemerintah Indonesia dan Amerika Serikat melalui USAID yang dilakukan karena kesamaan tujuan untuk mencegah, mendeteksi, dan melakukan respon terhadap penyakit zoonosis dan penyakit infeksi yang baru muncul (emerging pandemic threats). EPT-2 juga mendukung peraturan kesehatan internasional dan meningkatkan kapasitas Indonesia untuk mencegah, mendeteksi, dan merespon ancaman penyakit menular, yang juga merupakan tujuan utama dari Agenda Keamanan Kesehatan Global (GHSA), yang dipimpin oleh Indonesia pada tahun 2016.
Dalam sambutannya Sigit pun menyampaikan sejumlah harapan terhadap pertemuan tahunan ini antara lain agar para peserta pertemuan dapat meninjau kembali pencapaian dan tantangan EPT-2; mendiskusikan prioritas dan kegiatan untuk periode 2017 - September 2018; meninjau strategi dan kegiatan untuk fokus pada apa yang akan kita capai di tanggal 30 September 2019 atau di akhir program EPT ini; memastikan dan meningkatkan keselarasan kinerja dengan pemangku kepentingan utama; dan mengklarifikasi keterkaitan dengan rencana dan/atau program internasional GHSA dan lainnya.
“Diharapkan pula dalam pertemuan ini dapat terjadi interaksi antar mitra lintas sektor terkait dan mitra kerjasama EPT-2 yang efektif, untuk pada akhirnya menyepakati prioritas kegiatan pada tahun yang akan datang,” tutup Sigit.
EPT-2 akan membantu Pemerintah Indonesia untuk meningkatkanan pemantauan virus yang berpotensi pandemi, meningkatan pelatihan petugas saat ini dan masa depan di berbagai sektor dan disiplin ilmu melalui jaringan universitas yang dibentuk pada program EPT-1, dan penguatan koordinasi multisektoral.
Categories: